>>>>Search You Stuff here

0

Sejarah Internet dan Perkembangan Teknologi Update

Sejarah Internet di Indonesia - Siapa tidak kenal amazon.com? Atau facebook.com? Atau google.com? Dapat dipastikan, semua pengguna Internet tidak asing dengan nama perusahaan berkapitalisasi pasar hingga miliaran dollar AS.

Di level lokal, ada situs belanja online dan komunitas terbesar www.kaskus.us, bhinneka.com, situs berita detik.com, dan situs buatan anak negeri lainnya seperti modelmuda.com yang menampung dan mengaudisi secara profesional calon model secara online dari seluruh Indonesia.

Kisah kesuksesan perusahaan dotcom lokal tidak berhenti sampai di sini. Situs buatan lokal koprol.com yang berbasis jejaring sosial bahkan sampai diminati oleh raksasa dotcom dari AS, Yahoo.com.

Dalam akuisisi itu, Yahoo melakukan total buy out sehingga seluruh aset teknologi serta 11 orang karyawan Koprol, termasuk para pendirinya, akan menjadi karyawan Yahoo.

Yahoo dan Koprol tidak mau menyebutkan nilai akuisisi ini. Namun, pada April 2010, Yahoo sempat 'melamar' layanan berbasis lokasi asal New York, FourSquare, dengan tawaran senilai US$100 juta atau sekitar Rp934 miliar.

Ada lagi transaksi terbaru pembelian perusahaan dotcom yaitu detik.com oleh pengusaha Chairul Tanjung. Kini CT, begitu pengusaha itu sering disingkat namanya, telah mencapai kesepakatan final untuk mengakuisisi PT Agranet Multlcitra SiberKom, pengelola detik.com.

Situs detik.com diprakarsai oleh Budiono Darsono dan Abdul Rahman dengan investasi awal Rpl00 juta pada 1998. Dalam perjalanannya salah satu pionir berita online ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

***

Bila menilik sejarahnya, perkembangan industri dotcom di Indonesia mengalami banyak pasang surut. Pada 1999 dan 2000-an, banyak orang Indonesia yang membeli domain entah untuk disimpan atau apa saja.

Beberapa di antara orang-orang Indonesia itu berusaha membuat dotcom versi Indonesia, sebagian dari mereka ada yang beruntung karena di-back-up dengan modal besar, ada yang benar-benar harus merangkak dari bawah. Tentunya tidak semua dotcomers sukses dalam usahanya. Tidak sedikit yang harus menelan pil pahit.

Ada beberapa dotcom Indonesia yang mungkin dapat di simak kisah suksesnya, beberapa di antaranya adalah Sanur Online Bookstore yang merupakan e-commerce pertama di Indonesia.

Lalu ada Bhineka.com yang berdiri pada 1993 menjadi webstore komputer terlaris di Indonesia. Bhineka memfokuskan diri pada proses distribusi atau penjualan komputer dan peralatan IT serta solusi IT total.

Mekanisme pembayaran yang digunakan sebetulnya relatif konvensional, melalui transfer bank, dan secara offline membayar melalui kartu kredit atau cash on delivery.

Selanjutnya ada perusahaan dotcom yang lumayan sukses, yaitu bekas.com yang fokus pada penjualan barang-barang bekas. Bekas.com didirikan mulai 1999, berawal dari kota Surabaya.

Beberapa dotcom Indonesia menoreh sejarah yang pahit di dunia usaha melalui Internet sehingga berguguran. Dimulai pada Agustus 2001, lipposhop.com menghentikan layanan pembelian oleh konsumen perorangan (business to consumer/B2C) dan akhirnya mulai 31 Agustus 2001 hanya berkonsentrasi ke pelayanan perusahaan. Penghentian B2C itu karena penggunaan akses Internet perorangan di Indonesia (saat itu) masih rendah.

Selanjutnya, Lippostar.com yang berdiri pada November 2002, juga mengalami hal yang sama dan gugur. Pada saat penutupannya, karyawan perusahaan itu menolak alasan Lippo Grup yang menutup Lippostar.com karena alasan efisiensi dan perusahaan merugi.

Nama lainnya adalah Astaga.com. Dotcom ini, awalnya, tidak bernasib buruk seperti lipposhop dan lippostar yang harus gugur, tetapi harus mengencangkan ikat pinggang dan banyak mengganti strategi atau haluan untuk dapat berrtahan meski akhirnya tutup juga.

Astaga.com barangkali salah satu fenomena menarik. Berbeda dengan lippostar.com yang di-back-up oleh Bank Lippo, Astaga.com di backup oleh pemodal asing dan mendatangkan devisa bagi bangsa Indonesia.

Launching portal berita dilakukan cukup besar-besaran pada 1999-an. Berdasarkan data WHOIS, aplikasi untuk menelusuri domain, Astaga.com mulai beroperasi 28 Mei 1999.

Jonathan Morris, CEO pertama Astaga.com, menanamkan modalnya Rp56 miliar lebih ke Indonesia dalam bentuk sebuah portal baru di dunia maya.

***

Banyak suka dan duka yang dialami usaha dotcom. Ketika perusahaan dotcom berguguran karena gelembung ekonomi dan keuangan yang tidak mampu ditopang lagi, banyak yang menduga bahwa perusahaan baru yang futuristik ini tidak cocok untuk dunia sekarang yang masih dikuasai oleh cara-cara bisnis tradisional.

Tidak ada yang salah dengan dugaan ini karena memang kenyataan yang berkembang memang menunjukkan usaha dotcom di Indonesia, khususnya, tidak mampu menjadi pilar ekonomi seperti di negara lain.

Namun, di sisi lain kemajuan teknologi komunikasi informasi memberikan peluang yang sangat luas dan menjanjikan keuntungan yang luar biasa.

Konvergensi teknologi dengan kehadiran ponsel yang semakin canggih, misalnya, menghadirkan jenis usaha baru yang disebut content provider yang menyediakan berbagai layanan jasa, mulai dari ringtone sampai tebak hadiah yang mencapai miliaran rupiah.

Akan tetapi, di sisi lain, kehadiran usaha dotcom baru dan para content provider memang telah menjadi ancaman serius bagi media massa tradisional yang selama ini mengira sebagai satu-satunya sumber informasi.

Salah satu keberhasilan bisnis dotcom di berbagai negara adalah karena dukungan infrastruktur dan tertatanya regulasi secara jelas.

***

Banyak hal yang terjadi pada bisnis dotcom. Kematangannya melalui berbagai pembelajaran dan kreativitas, memang tidak akan menggantikan toko buku atau koran, tetapi memberikan berbagai kemudahan yang tidak kita nikmati sebelumnya.

Untung, di Indonesia para penyedia akses jaringan Internet dan para operator tidak seagresif usaha sejenis di luar negeri. Dan, untung juga, regulator dan pemerintah masih tidak kreatif sehingga media massa tradisional masih bisa berjalan seperti sekarang ini, walaupun jejaknya sudah tidak lagi semasif masa lalu.

Mungkin tidak banyak orang yang ingat akan kejayaan bisnis dotcom yang dianggap akan menjadi pemicu penting perubahan ekonomi dunia.

Kejayaan bisnis dotcom yang dimulai pada tahun 1995 dan rontok bersamaan dengan krisis keuangan Asia 1998-1999 segera dilupakan orang dan menganggap bubble yang dialami perusahaan dotcom yang tumbuh bersama jaringan Internet.

Lihat saja di Indonesia, praktis tidak ada sisa dari usaha bisnis dotcom (kecuali Detikcom) yang melesat dan menarik minat semua orang.

Perusahaan seperti Astaga! atau M-Web yang didirikan dengan berbagai kemewahan dan janji hanya tersisa perangkat keras yang entah jadi apa.

Ketika harga saham Google Inc meningkat 11% di New York Stock Exchange beberapa waktu yang lalu, perusahaan yang menghasilkan mesin pencari paling besar di dunia ini menjadikan fenomena baru kebangkitan usaha dotcom.

Walaupun Google melakukan berbagai diversifikasi, perusahaan yang didirikan Larry Page dan Sergey Brin tetap menjadi situs pencari (www.google.com) yang paling menarik minat orang dan lebih unggul dari dua pesaingnya, Yahoo dan Microsoft Corp.

Google sekarang tidak hanya menjadi sebuah situs pencari paling besar dan paling cepat yang tersedia di Internet, tetapi menjadi sebuah fenomena baru yang secara langsung menjadi ancaman bagi media tradisional seperti surat kabar dan televisi.

Memang masih ada pertanyaan apakah Google Inc akan menjadi sebuah fenomena baru kebangkitan bisnis dotcom yang sekarang ini seolah-olah ditinggalkan orang.

Fenomena kebangkitan bisnis dotcom sebenarnya mulai terlihat ketika Yahoo membayar US$1 miliar membeli saham mayoritas perusahaan e-commerce China Alibaba.com pada Agustus 2005.

Fenomena kehancuran bisnis dotcom pada awal 2000 tampaknya masih belum sepenuhnya kembali pulih. Bahkan, para pengamat masih meragukan masa depan beberapa perintis perusahaan dotcom kelas dunia yang pernah berjaya sebelumnya.

Perusahaan Amazon.com sebagai perintis perdagangan elektronis (e-commerce) nasibnya masih dikhawatirkan terutama setelah harga sahamnya terus merosot.

Belakangan juga banyak dilaporkan perusahaan dotcom mengalami kemunduran, seperti harga sahamnya terus merosot sehingga banyak dilakukan pengurangan dan pemecatan karyawan.

Lihat saja CNN yang demikian terkenal harus memotong 130 pekerjaan, News Corp menggulung unit media digitalnya dengan memecat 200 pekerjanya, The New York Times memotong 17% pekerjaan media barunya, TheStreet.com memecat 20% stafnya, NBC Internet membebaskan 20%, CNBC.com 25%, Knight Ridder Inc merampingkan 16%.

Gelombang keruntuhan perusahaan dotcom ini bahkan diperkirakan masih belum mencapai titik terendahnya. Termasuk perusahaan dotcom di Indonesia yang baru merintis cara baru berbisnis di dunia maya ini harus menerima lecutan gelombang yang berasal dari negara maju.

Dampaknya memang tidak sedramatis di negara maju, namun dengan diakuisisinya Satunet dan Astaga!com, dua perusahaan dotcom yang sempat mengagetkan bisnis Internet di Indonesia, membuktikan adanya imbas itu.

Namun, mengingat bisnis dotcom di Indonesia ini masih permulaan, kemungkinan besar pengaruhnya juga berbeda.

Onno W. Purbo, pakar telematika, mengungkapkan kebanyakan perusahaan bisnis Internet bisa melewati fenomena runtuhnya perusahaan dotcom akhir-akhir ini karena memiliki fokus usaha yang tajam.

IndoExchange.com, salah satu portal tertua Indonesia merupakan contoh sebuah dotcom yang fokus pada masyarakat industri finansial dan bursa. Nama lainnya adalah bisnis.com, website yang fokus pada pemberitaan seputar masalah ekonomi dan keuangan.

Melihat antisipasi yang demikian hebat ini, maka tampaknya bisnis dotcom di tanah air ini ke depannya akan semakin semarak. Perkembangan ini akan mendorong berkembangnya bisnis lainnya, seperti jasa kurir, web developer, dan masuknya perusahaan dotcom ke pasar bursa (go public).

Sudah seharusnya pemerintah memberikan dukungan mulai dari sekarang untuk menghadapi persaingan keras masa mendatang.

Dukungan pemerintah bisa berupa pembebasan pajak untuk transaksi di Internet seperti yang dilakukan Amerika Serikat, diyakini bisa ikut mengembangkan bisnis dotcom di Indonesia. Apalagi telah muncul situs online shop medioker seperti www.griyaendras.com, plasa.com, atau tokobagus.com.

0 comments:

 
Copyright © Ariza Trend News Online

The "Urban Elements" theme by: Press75.com